TEMPO.CO, Brussels - Presiden Dewan Penelitian Eropa (ERC), Mauro Ferrari, mundur dari jabatannya karena frustasi dengan respons Uni Eropa terhadap pandemi penyakit virus corona 2019. Dia mundur meski baru menerima mandat memimpin organisasi ilmiah itu untuk empat tahun ke depan pada 1 Januari 2020.
Komisi Eropa menyebutkan kalau Fearrari mengajukan pengunduran diri pada Selasa 7 April 2020 dan dinyatakan akan segera efektif. "Komisi menyesali pengunduran diri Profesor Ferrari pada awal mandatnya sebagai Presiden ERC," bunyi pernyataan Komisi Eropa.
Ferrari membuat sebuah pernyataan kepada Financial Times, yang pertama kali melaporkan pengunduran dirinya, dengan mengatakan: "Saya sangat kecewa dengan respons Eropa terhadap pandemi tersebut."
Ia mengutip penolakan institusional dan perselisihan birokrasi dalam struktur kompleks Uni Eropa atas usulannya membuat program ilmiah berskala besar melawan virus corona. "Saya tiba di ERC, pendukung kuat Uni Eropa... Krisis COVID-19 sepenuhnya mengubah pandangan saya," kata Ferrrari.
ERC didirikan pada 2007 untuk mendanai riset para ilmuwan Eropa. Hingga 2018, dana yang disalurkan mencapai 1,86 miliar euro atau sekitar Rp 32,7 triliun. ERC berkomitmen memberikan hibah proyek yang diusulkan oleh para pakar, ketimbang mengikuti arahan politik.
Pemerintah Uni Eropa dan institusi blok tersebut dituding melakukan respons sembrono terhadap pandemi COVID-19 dengan tidak bergerak cepat atau bekerja sama. Para menteri keuangan Eropa tidak menyetujui paket penyelamat finansial pada Rabu untuk meminimalisasi guncangan pandemi.
Saat ini sejumlah negara besar di Eropa yakni Spanyol, Italia, Prancis, dan Jerman berbaris di belakang Amerika Serikat sebagai penyumbang kasus infeksi terbesar di dunia. Keempatnya, satu per satu melampaui besar jumlah korban pagebluk atau wabah virus corona di Cina.
REUTERS